Assalamualaikum wr wb.
Menunggu, bagi sebagian orang, adalah pekerjaan yang menyebalkan. Namun, kadang, kita perlu bersyukur saat kita harus menunggu. Suatu ketika, saat makan siang di kantin UNISMUH MAKASSAR, saya harus menunggu selama 20 menit untuk sebuah makanan yang saya pesan. Ah, ini sangat menjemukan. Saya tak mau menunggu lebih lama lagi untuk hal ini. Perut saya sudah sangat lapar, namun, makan siang itu tak kunjung datang. Dalam benak saya, mulai tersusunlah kata-kata sinis yang akan saya lontarkan pada si pedagang saat ia tiba dengan makanannya. Sudah terlintas dalam pikiran, saya akan memprotes kerja si pedagang yang begitu lambat. Ah pokoknya, saya kesal, dan si pedagang harus mendapatkan omelan yang setimpal. Sambil terus menunggu, saya mulai membolak-balik koran yang saya bawa. Banyak sekali berita. Namun, saya tertarik pada sebuah foto tentang pengungsi. Disana, terlihat antrian pengungsi yang sedang menunggu jatah makan. Entahlah, apakah itu makan siang, atau makan malam. Setiap orang, tampak dengan wajah muram, menenteng apa saja yang bisa dipakai untuk tempat roti dan gandum.
Tampak seorang nenek dengan baju tebalnya, menggigil kedinginan, membawa sebuah kantong kosong, ditemani cucunya yang tak kalah menggigil. Wajah mereka pucat. Mungkin, belum makan sejak beberapa hari yang lalu. Dan, ah, antrian itu tampak begitu panjang mengular. Wajah mereka juga memelas, berharap mendapat jatah yang cukup untuk makan mereka hari itu. Tatapan mereka tampak kosong, sekosong setiap kantung yang mereka bawa. Saya terus perhatikan foto itu lekat-lekat. Ya, foto itu cukup besar, dan berbicara baik sekali tentang arti kelaparan. Ah, saya jadi malu sendiri. Degh, hati saya tersentuh dengan foto itu.
Ya, rupanya Allah sedang menyentil jiwa saya. Mereka, tampak sabar, walau harus menunggu berjam-jam untuk sebuah makanan. Mereka rela berbaris rapi dalam antrian, untuk sekantung gandum, sekerat roti, atau sejumput daging kering. Mereka, yang sedang didera nestapa, dalam cuaca dingin yang mengigit, harus bersabar untuk sebuah penantian yang kadang tak ada ujung pangkalnya. Selama-lamanya saya menunggu makan siang, makanan itu pasti akan datang. Sedangkan mereka, bisa jadi, harus menunggu hingga esok hari. Saya akhirnya mulai sadar, saya tak perlu marah untuk kali ini. Masih ada banyak orang yang tak seberuntung saya, yang bisa makan siang dengan nyaman.
Saya harus makin sabar dengan semua ini.
***
Ah, akhirnya makan siang itu datang juga. Lalu, saya nikmati makanan itu dalam-dalam, dengan tak henti bersyukur atas karunia-Nya yang begitu besar. Saya telan setiap suap nasi itu, dengan ucapan rasa terima kasih yang dalam. Saya jadi makin sabar siang itu. Dan menunggu, buat saya, kadang tak selalu menyebalkan. Kadang, didalamnya akan terlihat hikmah buat kita.
Teman, terima kasih telah membaca.
Hope you are well and please do take care.
Wassalamualaikum wr wb. Salam hangat!!!
ABE_EDSA.FKIP
WaitinG foR....
Posted by abe_titiktemupublisher.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to "WaitinG foR...."
Posting Komentar